Aktivitas geng motor Jepang di markas: mabuk-mabukan hingga kumpul kebo
Warga sekitar di Jalan Pitara Raya, Kelurahan Pancoran Mas, resah dengan keberadaan Geng Motor Jembatan Mampang (Jepang) di wilayahnya. Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua RT 06 RW 09, Didi yang kerap mendapatkan laporan dari warga soal polah para anggota geng motor.
"Waduh mas udah sering warga ngeluh, terutama yang deket mereka itu dua tempat," ujarnya kepada merdeka.com, di lokasi, Kamis (28/12).
Didi menjelaskan lokasi rumah yang disewa Geng Motor Jepang berada di dalam sudut gang. Tempat tersebut luput dari pantauan warga karena berada di pojok.
Baca juga : Tiga sektor startup prospektif ala GDP Ventures
"Itu kan tempatnya di dalam gang, terus mojok gitu jadi nggak terpantau masyarakat," bebernya.
Praktis, banyak aktifitas tak wajar yang sering dilakukan anggota geng motor. Salah satunya, menyekap seseorang di luar kelompok mereka dan mencekokinya dengan minuman keras.
"Sebelum penggerebekan ini ada dulu, cewek dicekokin sama cowoknya minuman dan obat-obatan gitu. Terus ada pembunuhan juga, ada kumpul kebo, narkoba, nah kemarin itu ternyata jadi markas Geng motor," jelasnya.
"Jadi penghuninya nggak ada yang jelas," sambungnya.
Merasa ada yang tidak beres, silih berganti warga melapor kepada Didi sebagai Ketua RT. Keluhan warga itu disampaikan Didi kepada Ustaz Nurjaya, si pemilik kontrakan yang disewa geng motor Jepang. Sayang, aduan tersebut hanya ditanggapi angin lalu oleh Nurjaya.
"Sering mas (melapor), cuma dia-nya cuek kayanya peduli gitu. Bahkan saya udah kasih formulir untuk data siapa nama yang ngotrak di situ. NIK-nya berapa, nama, alamat, pekerjaan. Cuma itu formulir sampai sekarang nggak sampe sama saya. Bahkan saya nggak anggep dia warga saya, warga saya tuh sekitar 130 KK, di luar dia ya," ujarnya.
"Di sini tuh dia (Nurjaya) kalau dibilang orang yang dipandang, tokoh-lah kalau disebut," sambungnya.
Di tempat yang sama seorang warga bernama Agus mengaku, pernah menegur langsung kepada para anggota geng. Tetapi tak ada tanggapan dari mereka.
"Saya sudah samperin, saya bilang baik-baik tapi ya begitu mas, bocah-bocah tanggung," kata Agus. [rhm] [Merdeka]
"Waduh mas udah sering warga ngeluh, terutama yang deket mereka itu dua tempat," ujarnya kepada merdeka.com, di lokasi, Kamis (28/12).
Didi menjelaskan lokasi rumah yang disewa Geng Motor Jepang berada di dalam sudut gang. Tempat tersebut luput dari pantauan warga karena berada di pojok.
Baca juga : Tiga sektor startup prospektif ala GDP Ventures
"Itu kan tempatnya di dalam gang, terus mojok gitu jadi nggak terpantau masyarakat," bebernya.
Praktis, banyak aktifitas tak wajar yang sering dilakukan anggota geng motor. Salah satunya, menyekap seseorang di luar kelompok mereka dan mencekokinya dengan minuman keras.
"Sebelum penggerebekan ini ada dulu, cewek dicekokin sama cowoknya minuman dan obat-obatan gitu. Terus ada pembunuhan juga, ada kumpul kebo, narkoba, nah kemarin itu ternyata jadi markas Geng motor," jelasnya.
"Jadi penghuninya nggak ada yang jelas," sambungnya.
Merasa ada yang tidak beres, silih berganti warga melapor kepada Didi sebagai Ketua RT. Keluhan warga itu disampaikan Didi kepada Ustaz Nurjaya, si pemilik kontrakan yang disewa geng motor Jepang. Sayang, aduan tersebut hanya ditanggapi angin lalu oleh Nurjaya.
"Sering mas (melapor), cuma dia-nya cuek kayanya peduli gitu. Bahkan saya udah kasih formulir untuk data siapa nama yang ngotrak di situ. NIK-nya berapa, nama, alamat, pekerjaan. Cuma itu formulir sampai sekarang nggak sampe sama saya. Bahkan saya nggak anggep dia warga saya, warga saya tuh sekitar 130 KK, di luar dia ya," ujarnya.
"Di sini tuh dia (Nurjaya) kalau dibilang orang yang dipandang, tokoh-lah kalau disebut," sambungnya.
Di tempat yang sama seorang warga bernama Agus mengaku, pernah menegur langsung kepada para anggota geng. Tetapi tak ada tanggapan dari mereka.
"Saya sudah samperin, saya bilang baik-baik tapi ya begitu mas, bocah-bocah tanggung," kata Agus. [rhm] [Merdeka]
Post a Comment