Header Ads

Buat Remaja, Dengar Musik Saat Nyetir Bisa Membahayakan

Ilustrasi mengemudi


SELAHUKH - Sejumlah studi telah menunjukkkan manfaat dari mendengarkan musik, seperti membantu untuk lebih rileks dan mempercepat penyembuhan. Namun jika dilakukan saat tengah mengemudi, mendengarkan musik bisa menjadi hal yang membahayakan terutama bagi remaja.

Sebuah studi menujukkan, remaja yang mendengarkan musik favorit saat mengemudi berisiko tinggi mengalami kecelakaan. Para peneliti mengatakan, mendengarkan musik dan ikut bersenandung dapat mengganggu kemampuan motorik yang dibutuhkan untuk mengemudi.

Menurut peneliti, musik dapat mendistraksi atau mengganggu konsentrasi pengemudi remaja, sehingga cenderung tidak mematuhi peraturan lalu lintas. Peningkatan kesalahan seperti melaju dengan kecepatan tinggi, tidak menjaga jarak, mengemudi dengan satu tangan, atau berpindah jalur dengan agresif rentan mereka lakukan.

"Mobil merupakan satu-satunya tempat di mana mendengarkan musik bisa menjadi hal yang fatal," ujar peneliti studi Warren Bordsky, direktur penelitian ilmu musik di departement of arts Ben-Gurion University, Israel.

Kendati demikian, para peneliti juga menemukan  jenis musik yang meningkatkan keselamatan mengemudi. "Musik dengan komposisi yang menenangkan dan jarang didengar justru sebenarnya baik didengarkan saat mengemudi," ujar peneliti.

Sehingga pesannya, imbuh Brodsky, adalah memilih musik yang tepat untuk didengarkan saat  mengemudi. Terutama dalam keadaan yang lebih berisiko, seperti sedang lelah, malam hari, lalu lintas padat, pulang berpesta, dan saat dalam keadaan emosional, pengendara perlu benar-benar jeli dalam memilih musik agar selamat sampai tujuan.

Sementara itu, studi asal University of Groningen, Belanda menyatakan hal yang sebaliknya. Para peneliti mengatakan, mendengarkan musik apapun saat mengemudi tidak memberikan efek negatif pada kemampuan berkendara.

Studi tersebut melakukan percobaan simulasi menyetir pada mahasiswa dengan usia antara 19 dan 25 tahun. Para mahasiswa rata-rata memiliki pengalaman mengemudi selama dua setengah tahun.

Tidak seperti peneliti Belanda yang melakukan simulasi, studi asal Israel justru menganalisa data dari pengalaman di jalanan yang sesungguhnya. Mereka melibatkan pengemudi baru berusia 17 hingga 18 tahun yang rata-rata baru mendapatkan surat izin mengemudi tujuh bulan sebelum studi dimulai. Sekitar 60 persen di antara mereka adalah laki-laki.

Musik, ujar peneliti, merupakan hal yang hampir tidak bisa dipisahkan dari kegiatan mengemudi. Sekitar 86 persen pengemudi mengaku selalu mendengarkan musik saat mengemudi.

Nyaris semua peserta, 99 persen, menyatakan, musik yang didengarkan bertempo cepat dan sangat cepat. Dan 94 persennya mengaku memutarnya dengan volume keras.

Para peneliti menemukan, musik berirama cepat yang diputar dengan volume keras cenderung untuk mengganggu aktivitas mengemudi. Sebaliknya, musik seperti soft rock atau light jazz dengan harmoni, tempo, irama, dan tekstur suara, serta komposisi musik yang cenderung lembut dan menenangkan justru memperbaiki aktivitas tersebut.

"Ini adalah mobil, bukan lantai dansa, karaoke, fasilitas ataupun kelas olahraga. Musik yang dipilih perlu lebih adaptif dengan lingkungan," tandas Brodsky.

Meski begitu, para peneliti menemukan, remaja yang mendengarkan musik apapun cenderung mengurangi ketaatan perilaku mengemudi sebanyak 20 persen. Karena itu, Brodsky menekankan pada kesadaran dan perilaku taat peraturan, seperti mengenakan sabuk pengaman, melaju dengan kecepatan aman, dan mengikuti rambu-rambu lalu lintas.
 
sumber : kompas
editor : slamet

No comments