Jadi Bahan Makanan, Buah Mangrove Naik Hampir 8 Kali Lipat
Ketua Kelompok Wanita Tani Karya Mina Mandiri Mangunharjo Mangkang Nur Chayati (48) mengatakan saat ini banyak masyarakat mencari manggrove baik untuk dikonsumsi atau pewarna batik.
“Sekarang ini mangrove mulai dicari banyak orang, dulu hanya untuk kayu bakar tetapi karena mangrove itu sekarang dapat diolah menjadi berbagai macam produk, harganya jadi mahal,” kata Nur ketika ditemui di rumahnya, Rabu (30/10/2013).
Masyarakat mulai membuat berbagai makanan dan produk lain bermula Sururi Bidang Konservasi Biota Foundation (Suami Nur Cahyati) mendapatkan buku pelatihan manggrove, pada 2010.
Kemudian dilanjutkan oleh Nur istri Sururi dengan memproduksi krupuk, cake, kue bolu dan lainnya.
“Dulu saya hanya mengolahnya menjadi klepon kemudian membuat kue cake mangrove dan akhirnya ke krupuk,” katanya.
Tapi sekarang ketika buah mangrove mencapai Rp 15.000 per kilogramnya Nur hanya memproduksi makanan sesuai pesanan.
Produk olahan mangrove yang dibuat oleh Kelompok Wanita Tani Karya Mina Mandiri seperti klepon, kue, sirup, krupuk dan yang terakhir dibantu oleh Delias (Mahasiswa Undip) membuat batik mangrove.
Harga produk tersebut pun bervariasi, harga krupuk mangrove Rp 22.000 per kilogram sedangkan batik mangrove mulai dari Rp 500.000 karena prosesnya yang sulit.
“Mangrove Siapi-api atau Avicennia alba ini hanya berbuah 2 kali dalam setahun, ini jadi kendala utama pembuatan produk olahan mangrove makanya saya tidak buka setiap hari hanya menerima pesanan dari Perhutani atau yang ingin mengadakan bazar produk olahan mangrove” katanya.
Kendala lainnya adalah proses pembuatan bahan makanan dari mangrove sulit karena aslinya buah mangrove itu rasa sangat pahit sehingga harus diolah lagi supaya tidak pahit.
“Kalau untuk pupuk mangrove dapat bertahan lama, tetapi kalau makanan kan tidak dapat bertahan lama karena kami tidak menggunakan zat kimia sehingga makanan kami harus cepat habis,” katanya.
Pendapatan dari olahan mangrove ini belum dapat maksimal karena terdapat kendala dalam pengemasan makanan sehingga lebih menarik dan juga dana yang terbatas.
“Kendala nya ya kemasan agar menarik karena maklum kami orang desa,” tambahnya.
sumber : bisnis.com
editor : slamet
Post a Comment