80 Bayi Lahir di Tengah Bencana Topan Haiyan
Bayi berusia satu hari, Ian Daniel Honrado, diserahkan ibunya Roselle ke tangan seorang tentara , sementara dia menyusul naik ke atas sebuah pesawat angkut militer di bandara Tacloban. |
Selahukh, MANILA — Sebuah kapel yang merupakan salah satu bangunan yang masih berfungsi di kota Tacloban yang hancur akibat terjangan topan Haiyan, kini berubah fungsi.
Ruangan kapel itu kini menjadi ruang perawatan darurat bagi puluhan bayi yang lahir di saat dan setelah topan dahsyat itu menghantam sejumlah kawasan di Filipina tengah itu.
Para dokter yang bekerja keras di kapel sekaligus rumah bersalin itu mengatakan, tujuh orang perempuan melahirkan bayi prematur di saat topan menerjang pada Jumat pekan lalu.
Bayi kedelapan lahir dua hari setelah terjangan topan. Bayi itu bertahan hidup setelah neneknya tanpa kenal lelah memompa dada bayi itu agar mendapatkan oksigen. Namun, kondisi kedelapan bayi itu sangat lemah bahkan terlalu lemah untuk menangis. Hanya satu bayi, yang menderita memar di wajahnya, masih cukup kuat untuk menangis.
Secara total di kapel itu terdapat 80 orang bayi tergolek dengan cairan infus di lengan mereka. Di depan altar dan patung kayu Yesus, berderet tabung oksigen dan ayunan berisi bayi-bayi yang sedang tertidur.
Salah seorang perempuan yang melahirkan bayinya adalah Mary Jane Tevez (16). Dia dan suaminya berhasil lolos dari rumah mereka yang ambruk diterjang badai. Namun, mereka justru terperangkap reruntuhan rumah tetangga mereka. Saat terjebak reruntuhan itu, Mary Jane merasakan sakit luar biasa di pinggangnya.
Akhirnya, Mary Jane melahirkan bayi laki-lakinya pada Sabtu (9/11/2013). Dia memberi nama putranya Yolando, versi maskulin dari topan Yolanda, nama lain Haiyan di Filipina.
"Nama itu membuat kami tidak akan lupa apa yang sudah kami lalui dan karena kami mendapatkan kesempatan kehidupan kedua," kata Meller Balabog, ayah Yolando.
Namun, tak semua perempuan seberuntung Mary Jane dan putranya, Yolando. Maricel Cruz, hanya bisa menangis di salah satu sudut kapel sambil memeluk jasad bayinya yang berusia lima bulan dalam balutan sebuah jaket hitam.
Bayi itu sudah sakit sebelum Haiyan menerjang. Setelah topan reda, Maricel mencoba mencari obat untuk bayinya, tetapi tak mendapatkannya. Akhirnya bayinya kejang dan meninggal dunia.
Rumah sakit darurat itu kini penuh sesak. Di salah satu temboknya terpasang daftar kebutuhan rumah sakit itu seperti generator, air bersih, oksigen, gas untuk memasak, obat-obatan, dan tenaga manusia.
Saat ini sebuah generator berbahan bakar bensin menjadi satu-satunya sumber tenaga. Kondisi ini membuat Dr Alberto de Leon (62) sangat khawatir dengan kondisi para pasien, khususnya para bayi.
"Saya khawatir dengan kondisi para bayi, kemungkinan mereka terjangkit infeksi rumah sakit sangat besar, tumpukan mayat di belakang bisa menjadi sumber infeksi," kata De Leon.
Ruangan kapel itu kini menjadi ruang perawatan darurat bagi puluhan bayi yang lahir di saat dan setelah topan dahsyat itu menghantam sejumlah kawasan di Filipina tengah itu.
Para dokter yang bekerja keras di kapel sekaligus rumah bersalin itu mengatakan, tujuh orang perempuan melahirkan bayi prematur di saat topan menerjang pada Jumat pekan lalu.
Bayi kedelapan lahir dua hari setelah terjangan topan. Bayi itu bertahan hidup setelah neneknya tanpa kenal lelah memompa dada bayi itu agar mendapatkan oksigen. Namun, kondisi kedelapan bayi itu sangat lemah bahkan terlalu lemah untuk menangis. Hanya satu bayi, yang menderita memar di wajahnya, masih cukup kuat untuk menangis.
Secara total di kapel itu terdapat 80 orang bayi tergolek dengan cairan infus di lengan mereka. Di depan altar dan patung kayu Yesus, berderet tabung oksigen dan ayunan berisi bayi-bayi yang sedang tertidur.
Salah seorang perempuan yang melahirkan bayinya adalah Mary Jane Tevez (16). Dia dan suaminya berhasil lolos dari rumah mereka yang ambruk diterjang badai. Namun, mereka justru terperangkap reruntuhan rumah tetangga mereka. Saat terjebak reruntuhan itu, Mary Jane merasakan sakit luar biasa di pinggangnya.
Akhirnya, Mary Jane melahirkan bayi laki-lakinya pada Sabtu (9/11/2013). Dia memberi nama putranya Yolando, versi maskulin dari topan Yolanda, nama lain Haiyan di Filipina.
"Nama itu membuat kami tidak akan lupa apa yang sudah kami lalui dan karena kami mendapatkan kesempatan kehidupan kedua," kata Meller Balabog, ayah Yolando.
Namun, tak semua perempuan seberuntung Mary Jane dan putranya, Yolando. Maricel Cruz, hanya bisa menangis di salah satu sudut kapel sambil memeluk jasad bayinya yang berusia lima bulan dalam balutan sebuah jaket hitam.
Bayi itu sudah sakit sebelum Haiyan menerjang. Setelah topan reda, Maricel mencoba mencari obat untuk bayinya, tetapi tak mendapatkannya. Akhirnya bayinya kejang dan meninggal dunia.
Rumah sakit darurat itu kini penuh sesak. Di salah satu temboknya terpasang daftar kebutuhan rumah sakit itu seperti generator, air bersih, oksigen, gas untuk memasak, obat-obatan, dan tenaga manusia.
Saat ini sebuah generator berbahan bakar bensin menjadi satu-satunya sumber tenaga. Kondisi ini membuat Dr Alberto de Leon (62) sangat khawatir dengan kondisi para pasien, khususnya para bayi.
"Saya khawatir dengan kondisi para bayi, kemungkinan mereka terjangkit infeksi rumah sakit sangat besar, tumpukan mayat di belakang bisa menjadi sumber infeksi," kata De Leon.
sumber : kompas
editor : slamet
Post a Comment