Header Ads

Pria Susah Baca Perasaan Wanita? Ini Dia Alasannya




Jakarta, Sudah bukan rahasia lagi jika pria dikatakan tak bisa membaca emosi yang muncul di wajah wanita dan itu memang telah dibuktikan oleh berbagai studi. Menurut wanita, hal ini dibarengi dengan kurangnya empati pria terhadap apa yang dirasakan si wanita. Padahal ketidakmampuan ini telah diperoleh pria sejak dalam kandungan.

Sejak lahir, kedua sisi otak wanita telah terkoneksi dengan baik sehingga mereka merasa nyaman dengan emosi yang mereka miliki, termasuk memahami emosi yang ditunjukkan orang lain. Tapi lain halnya dengan pria karena koneksi ini baru terbentuk dengan baik satu tahun pasca kelahirannya.
Dengan kata lain, wanita telah belajar bagaimana caranya membaca emosi sejak lahir, sedangkan pria tidak. Hal ini pulalah yang mendasari mengapa pria dan wanita kesulitan untuk melihat sudut pandang satu sama lain. Tentu saja hal ini memberikan pengaruh yang signifikan pada berbagai situasi, misalnya pada pernikahan maupun hubungan kerja di kantor.
Untuk itu, tim peneliti dari University of Edinburgh, Skotlandia mencoba menemukan alasan mengapa pria kesulitan membaca emosi yang terpampang pada wajah seseorang. Sekelompok partisipan pria dan wanita diperlihatkan beberapa foto bergambar wajah lalu setelah itu semua partisipan menjawab pertanyaan dari peneliti.

Ketika partisipan menjalani sesi tanya jawab dengan peneliti, pada waktu yang bersamaan otak partisipan dipindai dan waktu yang diperlukan partisipan untuk menjawab pertanyaan juga ikut diperhitungkan. Dari situ diperoleh fakta bahwa baik partisipan pria dan wanita memiliki performa yang sama saat diberi pertanyaan sederhana tentang foto-foto yang diperlihatkan kepada mereka.

Namun, seperti halnya dikutip dari mirror.co.uk, Senin (4/3/2013), pria butuh waktu lebih lama untuk menjawab pertanyaan tentang seberapa mudah mendekati orang-orang yang ada di foto-foto tersebut. Kendati akhirnya para pria mencapai kesimpulan yang sama atau memberi jawaban yang sama dengan partisipan wanita, peneliti dapat melihat bahwa pria tampak lebih kesulitan merumuskan pendapatnya.

Scan otak pada partisipan pria pun memperlihatkan adanya peningkatan aliran darah ke bagian otak yang digunakan untuk menafsirkan emosi. Menurut peneliti, itu artinya otak pria harus bekerja lebih keras saat dituntut untuk membuat sebuah keputusan sosial.

"Kendati begitu, temuan kami juga mengungkap karena kekurangmampuan para pria untuk berempati itu, mereka mencoba mengimbanginya dengan lebih mengaktifkan bagian otak yang memahami isyarat-isyarat sosial," pungkas ketua tim peneliti, Profesor Stephen Lawrie.

Menurut peneliti, studi yang dipublikasikan dalam jurnal PLoS ONE ini juga dapat memberikan petunjuk pengobatan baru bagi pengidap autisme yang seringkali kesulitan untuk membedakan berbagai emosi yang diperlihatkan orang-orang di sekitarnya.

Pasalnya ketika peneliti menggelar studi yang sama terhadap para pria pengidap autisme, peningkatan aliran darah ke bagian otak yang bertugas menafsirkan emosi tampak lebih tinggi dari yang ditemukan pada pria biasa atau bukan penyandang autisme.

No comments