Header Ads

Pasar-pasar Tradisional Unik di Indonesia


BARRY KUSUMAPasar Bolu, terletak di pusat wisata Toraja, Kota Rantepao. Pasar Bolu sudah terkenal sebagai obyek wisata yang menarik dan unik untuk dikunjungi. Pasar ternak, demikian pasar ini juga dikenal, merupakan pusat penjualan kerbau dan buka sekali dalam 6 hari (sesuai jadwal hari pasar).
Foto:
SELAHUKH.uni.me - Selain keindahan alam yang sangat banyak, Indonesia juga punya banyak keragaman budaya. Kekayaan budaya yang berbagai macam ini karena kita mempunyai banyak suku dan sejarah yang berbeda beda. Walau begitu salah satu keunikan budaya di Indonesia adalah pasar tradisional. Berikut adalah sebagian dari pasar-pasar tradisional di Indonesia yang unik.

Pasar Apung Muara Kuin Borneo

Pasar terapung merupakan tempat dimana Anda akan menyaksikan atau beraktivitas langsung di pasar sungai menggunakan perahu. Pasar terapung ini berlokasi di Banjarmasin tepatnya di persimpangan Sungai Kuin dan Sungai Barito. Pasar terapung di Banjarmasin merupakan refleksi budaya orang Banjar yang telah berlangsung sejak dahulu.

Di Kalimantan Selatan ada ratusan sungai menjadi jalur transportasi penting hingga sekarang. Tempat wisata pun bertumpu pada sungai, seperti pasar terapung Muara Kuin di Kota Banjarmasin ini. Saat matahari terbit kunjungilah pasar ini yang memantulkan cahaya pagi hari di antara transaksi sayur-mayur dan hasil kebun dari kampung-kampung sepanjang aliran Sungai Barito dan anak-anak sungainya.

Pasar Terapung Muara Kuin adalah pasar terapung tradisional yang berada di Sungai Barito di muara Sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Para pedagang dan pembeli menggunakan jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar. Pasar ini mulai setelah salat subuh sampai selepas pukul 9 pagi.
Keistimewaan di pasar ini adalah masih seringnya terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu yang dalam bahasa Banjar disebut 'bapanduk'. Para pedagang wanita (dukuh) yang berperahu menjual hasil produksinya sendiri, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan.

Banjarmasin sebagai ibu kota provinsi adalah pusat perdagangan dan pariwisata. Kota Banjarmasin mendapat julukan 'Kota Air' karena letak daratannya beberapa senti meter di bawah permukaan air laut. Kota Banjarmasin, memiliki luas sekitar 72 kilometer persegi atau sekitar 0,22 persen luas wilayah Kalimantan Selatan.

Kota ini dibelah oleh Sungai Martapura memberikan ciri khas tersendiri terhadap kehidupan masyarakatnya terutama pemanfaatan sungai sebagai sarana transportasi air, perdagangan dan pariwisata. Selain pasar terapung di Muara Kuin Banjarmasin, pasar terapung lainnya yang dapat Anda temui adalah di Lok Baintan yang berada di atas Sungai Martapura.

Pada tahun 1526 Sultan Suriansyah mendirikan kerajaan di tepi Sungai Kuin dan Barito yang kemudian menjadi cikal bakal kota Banjarmasin. Di tepian sungai inilah awalnya berlangsung pusat perdagangan tradisional berkembang. Pedagangnya menggunakan perahu kecil yang terbuat dari kayu. Para pedagang ini kebanyakan adalah perempuan yang mengenakan pakaian tanggui dan caping lebar khas Banjar yang terbuat dari daun rumbia.

Pasar Makale Toraja

Jika di Pasar Bolu komoditi utamanya adalah kerbau, maka di Pasar Makale komoditi utamanya adalah babi. Pasar ini pun kerap disebut sebagai Pasar Babi. Pasar ini bertempat di blok sekitar 50 x 20 meter, yang dibagi dalam tiga bagian: bagian untuk anak babi, babi dewasa, dan daging babi.

Jika Anda mengenal istilah kucing dalam karung, maka di Toraja Anda akan melihat babi dalam karung. Babi yang dimasukkan di dalam karung beras adalah anak-anak babi yang biasanya dibeli untuk dipelihara. Saat ada pembeli yang berminat, maka karung tersebut akan dibuka sedikit untuk diperlihatkan kepada calon pembeli. Sementara untuk babi dewasa, biasanya diikat pada bilah bambu dan diletakkan di tanah atau balai bambu.

Adapun kisaran harga babi, yaitu Rp 500.000 - Rp 750.000 untuk seekor anak babi. Sedangkan babi dewasa dapat mencapai kisaran Rp 3-9 juta. Akan tetapi, kabarnya pernah pula ada babi yang dihargai puluhan bahkan ratusan juta rupiah sebab bobot tubuhnya menyaingi bobot tubuh seekor kerbau. Berbeda dengan kerbau, babi hitam justru berharga lebih mahal dibandingkan dengan babi albino atau belang. Pasar babi ini pun hanya ada sekali dalam enam hari. Jika hari biasa, tidak ada babi yang diperjualbelikan.

Kerbau dan babi adalah simbol status bagi masyarakat Toraja dan merupakan hewan penting bagi kebudayaan masyarakat yang masih menganut ajaran animisme ini. Kerbau adalah syarat yang harus dipenuhi dalam sebuah upacara adat, terutama pemakaman; dipercaya bahwa kerbau yang disembelih akan menjadi kendaraan bagi roh jenazah yang hendak dikuburkan agar cepat sampai ke nirwana.

Semakin banyak kerbau yang disembelih pada suatu upacara adat, semakin tinggi pula kedudukan keluarga penyelenggara upacara. Bagi golongan bangsawan, dibutuhkan kerbau sebanyak 24-100 kerbau. Sedangkan bagi golongan menengah, 8 ekor kerbau dan 50 babi adalah syarat wajib yang harus dipenuhi dalam melaksanakan upacara pemakaman adat (Rambu Solo).

Oleh karena itu, keberadaan pasar ini tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan dan peradaban masyarakat Toraja. Sistem hari pasar pun merupakan sistem warisan leluhur masyarakat Toraja sejak ratusan tahun lalu.

Pasar Bolu Toraja

Terletak di pusat wisata Toraja, Kota Rantepao, Pasar Bolu sudah terkenal sebagai obyek wisata yang menarik dan unik untuk dikunjungi. Pasar ternak, demikian pasar ini juga dikenal, merupakan pusat penjualan kerbau dan buka sekali dalam 6 hari (sesuai jadwal hari pasar). Selain kerbau, babi juga dijual di pasar ini, hanya saja jumlahnya lebih sedikit. Sayur, buah-buahan, kopi, dan komoditi hasil bumi lainnya juga dapat ditemukan di pasar ini.

Pada saat hari pasar, jumlah kerbau yang diperjualbelikan dapat mencapai 500 ekor, apalagi saat akan diadakannya upacara-upacara adat. Selain banyaknya kerbau yang diperjualbelikan, pasar ini pun dipenuhi pengunjung, baik masyarakat lokal maupun wisatawan lokal dan mancanegara yang ingin menyaksikan secara dekat kehidupan sebuah pasar ternak besar yang hanya ada di Toraja.

Adapun harga kerbau yang diperjualbelikan mulai dari Rp 5 juta hingga ratusan juta rupiah. Warna dan ukuran tubuh kerbau adalah tolok ukur penentuan harga. Kerbau kecil berwarna hitam akan dihargai sekitar Rp 5 juta, kerbau hitam dengan ukuran agak besar berkisar Rp 10-15 juta.

Sementara itu, kerbau berwarna belang (Tedong Bonga), yang merupakan salah satu komoditas unggul, dapat dihargai puluhan juta rupiah. Sedangkan kerbau albino yang terbilang langka dapat dihargai lebih mahal lagi hingga mencapai ratusan juta rupiah.  (Barry Kusuma)

 
Sumber :Kompas.com
Editor :
S.H

No comments